Sabtu, 25 Januari 2014

EVALUASI APGAR



EVALUASI APGAR
 
                                                                            BAB I                                                            
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Keberhasilan transisi ke kehidupan ekstrauterin di evaluasi dengan skor Apgar. Dikembangkan pada tahun 1950-an oleh Dr. Virginia Apgar untuk memprediksi kemampuan bertahan hidup neonatus, skor ini membantu bidan mengevaluasi transisi dan kebutuhan resusitasi.
Periode transisi adalah waktu ketika bayi menjadi stabil dan menyesuaikan diri dengan kemandirian ekstrauterin. Periode transisi ini pertama kali dijelaskan oleh Desmond et al. Aktivitas periode transisi ini mencerminkan kombinasi respons simpatis terhadap stress kelahiran (takipnea, takikardia) dan respons parasimpatis (yang ditandai dengan adanya mucus, muntah, dan peristalsis). Keberadaan hormone stress membantu mengaktifkan aktivitas kehidupan ekstrauterin sepenuhnya.
Penilaian keadaan umum bayi dinilai satu menit setelah lahir dengan penggunaan nilai Apgar. Penilaian ini perlu untuk menilai bayi apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Penilaian secara Apgar ini juga mempunyai hubungan yang bermakna dengan mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir (Drage, 1964). Cara ini dianggap paling ideal dan telah banyak digunakan dimana-mana. Adapun penilaiannya meliputi frekuensi jantung (heart rate), usaha nafas (respiratory effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour), dan reaksi terhadap rangsangan (respon to stimuli).

1.2.Rumusan Masalah
1.      Apa arti nilai Apgar ?
2.      Apa tujuan mengevaluasi nilai Apgar?
3.      Bagaimana cara mengevaluasi nilai Apgar?

1.3.Tujuan Penulisan
1.      Mengetahuai pengertian nilai Apgar.
2.      Mengetahui masud dan tujuan mengevaluasi nilai Apgar.
3.      Mengetahui bagaimana cara mengevaluasi nilai Apgar.


BAB II
ISI

MENGEVALUASI NILAI APGAR

2.1. Pengertian Nilai Apgar
Skor Apgar atau nilai Apgar (bahasa InggrisApgar score) adalah sebuah metode yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952 oleh Dr. Virginia Apgar sebagai sebuah metode sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran. Apgar yang berprofesi sebagai ahli anestesiologi mengembangkan metode skor ini untuk mengetahui dengan pasti bagaimana pengaruh anestesi obstetrik terhadap bayi
Penilaian APGAR adalah sebuah tes cepat yang dilakukan pada menit pertama dan kelima pasca kelahiran, skor pada menit ke-1 memberi gambaran seberapa baik bayi melakukan toleransi terhadap proses kelahiran. Menit ke-5, skor memberikan penilaian akan bagaimana bayi beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Nilai Apgar ditentukan dengan menilai denyut jantung, pernafasan, ketegangan otot, warna kulit dan respon terhadap rangsangan (refleks); masing-masing diberi nilai 0, 1 atau 2. Total Skor bernilai antara 1 sampai dengan 10, dengan nilai 10 memberikan gambaran bayi yang paling sehat.
Tes APGAR bisa dilakukan oleh dokter, bidan atau perawat yang menolong persalinan. Di mana ada lima komponen yang diperhatikan: Appearance, Pulse,  Grimace,  Activity,  Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus otot/keaktifan, dan pernapasan).


2.2. Tujuan Mengevaluasi Nilai Apgar
Penilaian ini dibuat untuk menolong tenaga kesehatan dalam mengkaji kondisi secara umum bayi baru lahir dan memutuskan untuk  melakukan tindakan darurat atau tidak. Penilaian ini bukan ditujukan sebagai preidiksi terhadap kesehatan bayi atau perilaku bayi, atau bahkan status intelegensia/kepandaian. Beberapa bayi dapat mencapai angka 10, dan tidak jarang, bayi yang sehat  memiliki skor yang lebih rendah dari biasanya, terutama pada menit pertama saat baru lahir.
Perlu diingai bahwa skor Apgar agak rendah (terutama pada menit pertama) adalah normal pada beberapa bayi baru lahir, terutama bayi yang lahir dari ibu hamil dengan risiko tinggi, lahir melalui proses operasi cesar, atau ibu yang memiliki komplikasi selama kehamilan maupun proses persalinan. Skor Apgar yang rendah juga bisa terjadi pada bayi prematur, dimana kemampuan untuk menggerakkan otot/alat gerak lebih rendah daripada bayi cukup bulan. Bayi prematur dalam kasus apapun akan memerluan pemantauan ekstra dan bantuan pernapasan, dikarenakan paru-paru belum sempurna.
Tes APGAR ini hanya menilai apa yang bisa dilihat dan dirasakan oleh penolong persalinan, sehingga tidak memiliki risiko pada bayi baru lahir – tes ini dengan kata lain adalah tes yang aman bagi bayi.
Ada beberapa hal yang diduga menjadi penyebab nilai APGAR yang rendah pada bayi baru lahir, di antaranya adalah:
1)      Persalinan yang terlalu cepat. Hipoksia (kekurangan oksigen) dapat terjadi pada persalinan yang terlalu cepat oleh karena kontraksi yang terlalu kuat atau trauma pada kepala bayi.
2)      Terjerat tali pusat. Umum dikenal dengan “nuchal cord”, di mana tali pusat (plasenta/ari-ari) melilit pada leher janin (baik sekali waktu atau beberapa kali) dan mengganggu aliran darah, maka hipoksia bisa terjadi karena lilitan ini.
3)      Prolaps tali pusat. Kondisi yang terjadi ketika tali pusat mendahului fetus keluar dari rahim. Kondisi ini adalah kedarutan obstetri yang membahayakan kehidupan janin. Namun prolaps tali pusat adalah kasus yang jarang. Ketika fetus juga akan ikut lahir, sering kali menekan tali pusat dan menimbulkan hipoksia.
4)      Plasenta previa (placenta preavia). Merupakan kondisi kelainan obstretri di mana tali pusat terhubung pada dinding rahim yang letaknya dekat atau menutup leher rahim. Hal ini meningkatkan risiko perdarahan antepartum (vaginal), yang berujung juga pada hipoksia bagi janin.
5)      Aspirasi mekonium. Jika mekonium di ada dalam paru-paru fetus, maka bisa terjadi permasalahan pernapasan. Hal ini dikenal juga sebagai “Sindrom Aspirasi Mekonium”.
6)      Beberapa sebab lain bisa berupa obat-obatan yang dikonsumsi ibu sebelum persalinan, dan bayi preterm (prematur).

2.3. Mengevaluasi Nilai Apgar
Lima kriteria Skor Apgar:

Nilai 0
Nilai 1
Nilai 2
Akronim
Warna kulit
seluruhnya biru
warna kulit tubuh normal merah muda,
tetapi tangan dan kaki kebiruan (
akrosianosis)
warna kulit tubuh, tangan, dan kaki
normal merah muda, tidak ada 
sianosis
Appearance
tidak ada
<100 kali/menit
>100 kali/menit
Pulse
Respons refleks
tidak ada respons terhadap stimulasi
meringis/menangis lemah ketika distimulasi
meringis/bersin/batuk saat stimulasi saluran napas
Grimace
lemah/tidak ada
sedikit gerakan
bergerak aktif
Activity
Pernapasan
tidak ada
lemah atau tidak teratur
menangis kuat, pernapasan baik dan teratur
Respiration

Interpretasi Nilai Apgar
Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran, dan dapat diulangi jika skor masih rendah.
Jumlah skor
Interpretasi
Catatan
7-10
Bayi normal

4-6
Agak rendah
Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas, atau pemberian oksigen untuk membantu bernapas.
0-3
Sangat rendah
Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif

Penanganan Bayi Baaru Lahir Berdasasrkan NILSI APGAR
Nilai APGAR 5 Menit Pertama
Penaganan
0-3
  • Tempatkan ditempat hangat dengan lampu sebagai sumber penghangat
  • Pemberian oksigen.
  • Resusitasi
  • Stimulasi rujuk
4-6
  • Tempatkan dalam tempat yang hangat.
  • Pemberiak oksigen
  • Stimulasi taktil
7-10
  • Dilakukan penatalaksanaan sesuai drngan bayi normal.

Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu mengindikasikan akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes menit kelima. Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit), maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakan syaraf jangka panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan akan kerusakan otak. Namun demikian, tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut membutuhkan penanganan medis segera; dan tidak didisain untuk memberikan prediksi jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut.


BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Skor Apgar atau nilai Apgar (bahasa InggrisApgar score) adalah sebuah metode yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952 oleh Dr. Virginia Apgar. Tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut membutuhkan penanganan medis segera; dan tidak didisain untuk memberikan prediksi jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut. Diasarkan pada observasi denyut jantung, usaha bernapas, tonus otot, refleks iritabilitas, dan warna yang diobservasi pada menit 1 dan 5 setelah kelahiran dan diulang setelah kondisi bayi stabil. Masing-masing diberi nilai 0, 1 atau 2. Total Skor bernilai antara 1 sampai dengan 10, dengan nilai 10 memberikan gambaran bayi yang paling sehat.

3.2. SARAN
Mahasiswa kebidanan diharapkan mengetahui dan memahami bagaimana penggunaan evaluasi Apgar pada bayi baru lahir untuk menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak yang ini merupakan salah satu masalah yang harus dikuasai karena berkaitan dengan profesinya nanti. Dengan memahaminya tentu akan lebih mudah dalam menerapkannya dalam kehidupan secara nyata.


DAFTAR PUSTAKA


Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 2007. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika
Sulistyawati,A. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta : Salemba Medika
Sumarah, SSiT, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin). Yogyakarta: Fitramaya
Varney Hellen.1997. Varney Midwifery. 2 ed. London : Jones and Bartlett Publishers International.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar